Monday 1 April 2019

Kisah Perjalanan Isra Miraj Sang Nabi Muhammad

Kisah Perjalanan Isra Miraj Sang Nabi


Ibnu Hisyam, seorang ahli sejarah Islam yang terkemuka, menyatakan ada beberapa pernyataan mengenai kapan waktu nabi menjalankan Isra’ dan Mi’raj, yaitu:

 27 rajab, 27 Rabiul Akhir, 27 Rabiul awal, Dzulqa’dah dan ada juga yang berpendapat saat muharram. 

 Adapun masyarakat muslim Indonesia memperingatinya pada tanggal 27 rajab. Ketika sang Nabi sudah tiba di langit ke tujuh dan berjumpa dengan Allah di Sidratul muntaha, sang Nabi dan umatnya, mendapat kewajiban dari Allah, berupa melakukan shalat sebanyak 50 waktu sehari.

 Ketika sang Nabi berjumpa dengan Nabi Musa, Nabi Musa pun menasehatkan agar Nabi SAW mengajukan permohonan keringanan kepada Allah, agar tidak menjalankan sholat fardhu sebanyak 50 kali. Nasehat Nabi Musa ini dijalankan oleh sang Nabi Muhammad SAW.

 Setiap kali memohon keringanan kepada Allah, Allah hanya mengurangi lima waktu dan akhirnya setelah sampai pada angka terakhir, yaitu lima waktu, sang Nabi sungkan untuk kembali memohon keringanan kepada Allah. 

 Pengalaman sang Nabi Muhammad dalam meminta keringanan angka waktu shalat fardhu untuk umatnya ini dituliskan oleh Syekh Ahmad Marzuqi pada salah satu nadham Aqidatul Awamnya: “min ghairi kaifin wan khisarin waftaradh, alaihi khamsam ba’da khamsina farad”. 

 Meskipun telah berkurang menjadi lima waktu, tetapi pahala lima waktu itu akan setara dengan pahala menjalankan shalat sebanyak lima puluh waktu. Saat tahu bahwa kekuatan umatnya tidak sama dengan kekuatan para umat awal-awal, Sang Nabi tidak pasrah saja saat Allah memerintahkan kewajiban shalat yang sangat berat untuk umatnya. 

 Kepekaan sang Nabi ini menjadi bukti bahwa nabi merupakan pemimpin yang patut dicontoh akhlaknya, betul-betul mau berusaha dan peduli bagi umatnya,saat diuji oleh Allah.

 Saat sang Nabi menuturkan kejadian peristiwa tersebut kepada para penduduk Quraisy Makkah, yang terjadi adalah para kafir Quraisy tidak mau mempercayainya, bahkan banyak orang yang awalnya telah memeluk Islam menjadi murtad , karena meragukan peristiwa tersebut.

 Abu Bakar , merupakan contoh sosok yang percaya sepenuhnya, akan kejadian yang dilalui Sang Nabi.

 Dari sini, bisa dinilai, siapa saja yang tetap setia dan siapa saja yang ingkar. 

 Adapun alasan mereka tidak ingkar adalah jarak tempuh dari Makkah ke Baitul Maqdis yang waktu normalnya mesti ditempuh dengan waktu sebulan pada jaman itu, tahu-tahu dapat ditempuh sang Nabi hanya dalam waktu satu malam saja. 

Mereka tetap sangsi meskipun sang Nabi dapat menceritakan ciri-ciri Baitul Maqdis serta menceritakan pertemuannya dengan kafilah bani tertentu , dengan segala ciri dan barang-barang yang dibawanya. 

 Kejadian Isra’ dan Mi’raj adalah sebuah kejadian yang mengagumkan . Pada jaman kala itu , perjalanan dari Makkah ke Baitul Maqdis yang waktu normalnya memakan waktu satu bulan, malah dapat ditempuh oleh Nabi hanya satu malam saja.

 Pada jaman itu, memang dipikir mustahil, sebab sarana satu-satunya hanya unta dan kuda. Peringatan Isra’ dan Mi’raj sang Nabi yang selalu dilakukan tiap tahun, diharapkan mempunyai efek dan hasil yang berguna untuk membenahi masyarakat.

 Peringatan Isra’ dan Mi’raj dan merupakan suatu contoh bagi Pimpinan untuk selalu mau berusaha keras demi mendapatkan kemudahan-kemudahan untuk para pengikutnya atau masyarakatnya. 

 Peristiwa Isra’ dan Mi’raj menjadi kesempatan emas untuk mau memperbaiki diri demi masyarakat yang dipimpinnya. Sama seperti pada jaman Nabi, keangkuhan kadang menutupi mata hati kita. 

Kita merasa paling hebat hanya karena perkataan pemimpin kita tidak sesuai dengan logika kita. 

Padahal saat diminta menggantikan tugas-tugas pemimpin pun , kita belum tentu bisa melakukannya.
 Warga Mekkah yang sudah menganut agama Islam pada saat itu, dengan angkuhnya meninggalkan sang Nabi , hanya karena kejadian Isra’ dan Mi’raj yang dialami Nabi itu, tidak masuk akal bagi mereka.

 Padahal kenyataannya, Nabi telah berusaha mati-matian mengupayakan permohonab kepada Allah supaya memperoleh meringankan kewajiban shalat.

 Salah satu hikmah yang bisa kita renungkan adalah bahwa:

 - sikap kepedulian seorang pemimpin bagi rakyatnya dan sikap mau menghormati orang yang dipimpin itu memiliki efek yang baik dalam proses berjalannya suatu tatanan pemerintahan. 
 -Menjadi momentum untuk mengenyahkan penyakit-penyakit sombong dan sisi egosentris , yang terdapat di dalam hati kita.

2 comments:

  1. Numpang promo ya Admin^^
    ingin mendapatkan uang banyak dengan cara cepat
    ayo segera bergabung dengan kami di ionqq^^com
    add Whatshapp : +85515373217 || ditunggu ya^^

    ReplyDelete