Pertumbuhan pasar ritel modern minimarket dan supermarket, makin mengancam
kelangsungan hidup Pasar Tradisional di daerah - daerah di Indonesia.
Seharusnya, pemerintah daerah harus berusaha menyelamatkan pasar
tradisional dari serbuan pasar ritel modern.
Namun celakanya Peraturan Daerah
yang ada, belum mengatur secara detail mengenai penataan zonasi, pola kemitraan
dengan pelaku usaha lokal, waktu operasi serta jarak lokasi pasar tradisional
dan pasar modern, khususnya minimarket berjejaringan.
Seperti yang dialami oleh Akhmadi, seorang pedagang kain serta baju di
Pasar Pesalaran, Weru kota Cirebon. Di dekat pasar tradisional tempatnya
berjualan , kira - kira 500 meter, sudah berdiri suatu pasar modern yang baru
didirikan 2 bulan yang lalu, Ramayana Plered.
Menurutnya, sebelum ada Ramayana Plered, ia mampu meraih omset penjualan
dalam sehari sebesar Rp. 900.000 - Rp. 1.000.000 dalam waktu sehari. Sekarang,
setelah Ramayana Plered berdiri, mendapat Rp.200 ribu saja sudah alhamdullilah
beruntungnya.( Rabu, 30 Mei 2012 ).
Bahkan, lebih mencengangkannya lagi , di kota Cirebon sekarang sudah
merupakan pemandangan yang tidak mengherankan lagi apabila melihar 2 minimarket
, Indomaret dan Alfamart yang letak lokasi tokonya saling berhadapan, bahkan
hampir bersebelahan , dan ada juga hanya jaraknya berselang kurang dari radius
500 meter.
Aturan Peraturan daerah di Cirebon tidak mengatur penetrasi dagang antar
minimarket yang semakin masuk ke daerah kampung - kampung, semakin membuat
warung toko kelontong tradisional semakin menurun omset dagangannya.
Tak hanya di Cirebon, di Kota Makassar juga mengalami pemandangan yang
serupa. Misalnya di Jalan Penghibur, kini ada 4 minimarket yang masing masing lokasi tokonya hanya berjarak kurang
dari 30 meter.
Bahkan dijalan Sungai Saddang Baru, Pengayoman , Rappocini,
serta Vetean dijejali lebih dari 2 buah minimarket.
Seharusnya pemerintah daerah segera mengkaji keberadaan minimarket yang
lokasinya berdekatan dengan pasar tradisional dan masuk ke kampung-kampung,
supaya keberadaan pasar tradisional tidak mati karena kejamnya persaingan.
No comments:
Post a Comment