Friday 26 October 2012

Mari mengenal Sejarah Asal Usul Tradisi Bau Nyale (Mencari Cacing Laut), di Lombok Timur , Indonesia




Berikut ini merupakan sejarah asal usul tradisi Bau Nyale, yaitu:

1. Konon, di Kerajaan Kuripan, hidup seorang puteri bernama Putri Mandalika yang terkenal akan kecantikannya.

 Banyak laki-laki yang jatuh hati pada sang Puteri dan berupaya memilikinya.

Karena semua pria berusaha memilikinya, maka timbulah pertikaian yang panjang.





2. Melihat perselisihan yang muncul karena dirinya, maka Puteri Mandalika kemudian bersedih dan mengambil sebuah keputusan yang teramat berani, yaitu dengan mengorbankan dirinya dengan lompat ke dalam laut.

3.Pertikaian kemudian menjadi berhenti, namun rakyat Kerajaan Kuripan tidak bisa melupakan keberadaan Puteri Mandalika yang mereka cintai.

4. Konon, Puteri Mandalika tetap datang secara rutin dengan menjelma menjadi cacing laut yang berwarna-warni dan pada momen-momen tertentu menepi ke pantai.

5. Ketika momen itulah, maka warga banyak kemudian datang ke arah pantai serta menangkap cacing laut yang dipercaya mereka bisa mendatangkan kesejahteraan.

6. Untuk menghormatinya, maka warga Lombok Timur kemudian membuat perayaan khusus untuk menyambut kedatangan cacing-cacing laut tersebut, dengan mengadakan Fesetival Bau Nyale.




7. Dalam bahasa Lombok Timur, Bau memiliki makna "Menangkap" dan Nyale berarti "Cacing Laut".
Menangkap nyale ini dianggap akan memberikan kesejahteraan bagi warga yang menghormatinya.


8. Adapun cacing-cacing laut hanya muncul di waktu tertentu, seperti Februari dan Maret, dimana tiap tahunnya selalu berhasil menarik minat wisatawan untuk meilhatnya.

9. ketika bulan Februari atau Maret, warga datang berkumpul di sekitar Pantai Kuta atau Pantai Seger, di Lombok. Mereka lalu menunggu keputusan dari para pemimping adat atau rato , yang bertugas mengamati munculnya bulan purnama.

10. Sembari menghadap ke arah bulan purnama, maka para rato ini dapat memastikan ketepatan serta posisi bulan, dan kondisi gelombang laut di pantai. Saat nyale mulai terlihat, maka warga pun yang sudah berkumpul sejak subuh, dapat memulai perburuannya.

11.Warga percaya, bahwa semakin banyak nyale yang mereka tangkap, maka akan semakin baik hasil panen di tahun tersebut.

12. Nyale kemudian dimasak dan disantap bersama, bisa juga dijadikan pupuk untuk membantu kesuburan tanah.



13. Festival Bau Nyale ini diiringi dengan berbagai ritual lainnya yaitu:

-Memotong ayam

-Membuat ketupat

-Saling melempar pantun tradisional yang terkenal di antara suku Sasak.

No comments:

Post a Comment